Selasa, 28 Februari 2012

| SALAH OMONG |


KALAU orang salah makan bisa mengakibatkan perutnya jadi mual, salah alamat bisa nyasar kemana-mana, maka hati-hati dengan yang namanya salah omong. Sebab, gara-gara salah omong, kampung yang tenteram bisa jadi gaduh, darah  yang segar bisa jadi tumpah, dan dalam hitungan detik, nyawa pun bisa melayang. Kalau hal itu sampai terjadi, buntutnya sungguh ndak enak dirasakan. Sebabnya kenapa? Karena, gara-gara salah omong, pertemanan, persahabatan dan persaudaraan pun bisa hancur berantakan. Mirip seperti sebuah piring yang dilempar oleh seorang istri ke tembok dinding, ketika sang suami salah omong.
Banyak contoh peristiwa yang terjadi di masyarakat gara-gara persoalan salah omong ini. Misalnya masalah tawuran antar warga. Begitu juga halnya dengan peristiwa manyunnya seorang istri kepada suaminya. Boleh jadi, peristiwa itu pecah karena akibat sang suami salah omong kepada sang istri. Niatnya mau memuji kecantikan sang istri, tapi yang keluar dari mulutnya ternyata lain. Akibatnya, tiga hari tiga malam --- boleh jadi malah lebih lama lagi, barangkali? --- sang istri pun akhirnya tak mau bicara, tak mau masak, tak mau makan, tak mau mandi, tak mau mencuci pakaian dan tak mau diajak ibadah. Kalau hal itu sampai terjadi, alamat sang suami dan anak-anaknya pun akan pusing tujuh keliling.
Terutama sang suami. Betapa tidak? Coba saja Anda bayangkan. Gara-gara salah omong yang mengakibatkan sang istri jadi ngambek, maka sang suami pun akhirnya harus makan, minum, mencuci, menyetrika pakaian dan masak sendiri. ”Kalau soal urusan pekerjaan rumah sih mungkin ndak ada masalah. Tapi, kalau sudah menyangkut soal menunaikan ’ibadah khusus’, wah ... masalah itu betul-betul bikin saya jadi pusing tujuh keliling untuk mengatasinya,” kata sang suami seraya melempar senyum manisnya.
***
”MULUTMU adalah harimaumu,” demikian nasihat orang ’arif. Ya, mulut kita memang bisa berubah menjadi harimau, kalau dalam kehidupan sehari-hari, kita tak pandai menjaganya agar tidak berkata buruk. Apalagi jika kita secara sengaja membiarkannya dan merawatnya untuk selalu berkata yang buruk. Boleh jadi, mulut kita pun kelak akan berubah menjadi ’malaikat maut’ yang siap sewaktu-waktu untuk mencabut nyawa kita sendiri.
Karena efek dari berkata buruk itu tak bisa dikunyah dengan baik, maka tak heran jika Kanjeng Nabi Saw berulang kali mengingatkan kaum muslimin untuk berhati-hati betul dalam menjaga lidah. Diantaranya, beliau pernah bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari) Mengapa lebih baik diam? Sebab, lanjut beliau, ”Barangsiapa banyak diam, maka dia akan selamat.” (HR. Ahmad)
Selain itu, Kanjeng Nabi Saw juga pernah berpesan kepada kaum muslimin. Kata beliau: ”Sesungguhnya Allah tidak menyukai banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya.” (HR. Bukhari) Sebab, lanjut beliau, “Barangsiapa banyak bicara, maka banyak pula salahnya. Dan barangsiapa banyak salah, maka banyak pula dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya, maka api neraka lebih utama baginya.” (HR. Ath-Thabrani)
Sampai di sini, persoalannya sekarang tergantung Anda. Mau pilih yang mana? Mau pilih banyak bicara, banyak salah dan banyak dosanya; atau mau memilih jadi orang yang pendiam, menghindari dari kesalahan dan menjauhi perbuatan dosa? Jawaban yang tepatnya bagaimana, lagi-lagi kembali kepada diri Anda sendiri. Sebab, yang akan menjalani lakon tersebut adalah Anda sendiri.
***
GARA-GARA takut salah omong dan takut bakal banyak dosa, selama tiga hari tiga malam, istri saya tak mau berbuat apa-apa. Mulutnya terkunci rapat, tapi matanya melotot. Ia hanya duduk mematung di atas tempat tidur, mirip seperti patung Kumbakarna yang sedang memanggul senjata Alucara dan Limpung.
Setelah tiga hari tiga malam istri saya tidak berbuat apa-apa, saya pun kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.  ”Kamu ngapain mematung terus seperti itu?”
Istri saya tak mau menjawab pertanyaan saya. Ia hanya membisu, sembari membuka dan menunjukkan sebuah buku agama yang berisi tentang pesan untuk menjaga lidah.
”Oooalah … gara-gara ini to kamu lalu bersikap seperti itu? Jeng-jeng, bukan seperti itu caranya menjaga lidah. Kalau memang kamu takut salah omong dan takut berbuat dosa,  ya ngomongnya jangan asal bunyi. Tapi ditata yang apik. Bukan harus mematung seperti itu. Bersikap biasa sajalah. Memangnya kita bisa menjaga diri kita sendiri agar tidak melakukan perbuatan dosa? Kayak malaikat saja,” ujar saya.
 Memang betul, lanjut saya, Kanjeng Nabi Saw pernah berkata: ”Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi) Bahkan Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: "Diam itu bijaksana, namun sedikit orang yang melakukannya." (HR. Baihaqi) Tapi, bukan berarti, lewat hadis itu Kanjeng Nabi Saw melarang umatnya untuk bicara. Silahkan kalau mau bicara apa saja. Yang  penting, tidak asal ngomong. Apalagi ngomong yang dapat menyebabkan orang lain jadi sakit hatinya.
Sebab, yang dilarang oleh Kanjeng Nabi Saw itu adalah bicara yang tidak ada manfaatnya. Misalnya, ngerasani orang, menjelek-jelekkan teman atau tetangga. Termasuk  mencela orang lain. Nah, perbuatan yang seperti itulah yang dilarang oleh agama, tukas saya.
***
LAIN saya, lain pula yang dialami oleh teman saya. Gara-gara istrinya salah omong --- lantaran asal ngomong --- mengakibatkan nomor undian yang dipasang oleh sang suami bisa tembus sebanyak empat angka. Padahal waktu itu ia memasang taruhan sebanyak seratus ribu rupiah. Sedap juga kedengarannya, bukan?
Betapa tidak? Coba saja Anda bayangkan. Jika bisa tembus empat angka dengan nilai taruhan seribu rupiah  saja  akan dibayar oleh bandar sebanyak dua juta lima ratus ribu rupiah, maka memenangkan taruhan sebanyak seratus ribu rupiah, tentulah akan membuat pecah kepalanya sang bandar karena ia harus mengeluarkan bayaran angka yang sangat fantastis.
”Inilah yang disebut dengan rezeki nomplok,” kata teman saya. Bukan main senangnya teman saya itu. Apalagi istrinya. Sebab, ia tidak mengira, kalau jawaban yang dia berikan ketika ditanya oleh sang suami beberapa saat sebelum membeli nomor undian yang bermarkas di Singapura itu, ternyata bisa tembus. ”Kalau bisa begini terus-terusan, maka bisa nyahok juga itu bandar,” ujar teman saya yang berniat untuk berhenti membeli nomor undian. Sejak mendapat hadiah undian Singapura itulah, teman saya langsung menyatakan diri pensiun dari arena judi. ***


| 10 Oktober 2010 |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar