KALAU orang
salah makan bisa mengakibatkan perutnya jadi mual, salah alamat bisa nyasar kemana-mana, maka hati-hati
dengan yang namanya salah omong. Sebab, gara-gara salah omong, kampung yang
tenteram bisa jadi gaduh, darah yang
segar bisa jadi tumpah, dan dalam hitungan detik, nyawa pun bisa melayang.
Kalau hal itu sampai terjadi, buntutnya sungguh ndak enak dirasakan. Sebabnya kenapa? Karena, gara-gara salah
omong, pertemanan, persahabatan dan persaudaraan pun bisa hancur berantakan. Mirip
seperti sebuah piring yang dilempar oleh seorang istri ke tembok dinding,
ketika sang suami salah omong.
Banyak contoh peristiwa yang terjadi di
masyarakat gara-gara persoalan salah omong ini. Misalnya masalah tawuran antar
warga. Begitu juga halnya dengan peristiwa manyunnya
seorang istri kepada suaminya. Boleh jadi, peristiwa itu pecah karena akibat
sang suami salah omong kepada sang istri. Niatnya mau memuji kecantikan sang
istri, tapi yang keluar dari mulutnya ternyata lain. Akibatnya, tiga hari tiga
malam --- boleh jadi malah lebih lama lagi, barangkali? --- sang istri pun
akhirnya tak mau bicara, tak mau masak, tak mau makan, tak mau mandi, tak mau
mencuci pakaian dan tak mau diajak ibadah. Kalau hal itu sampai terjadi, alamat
sang suami dan anak-anaknya pun akan pusing tujuh keliling.
Terutama sang suami. Betapa tidak? Coba saja
Anda bayangkan. Gara-gara salah omong yang mengakibatkan sang istri jadi ngambek, maka sang suami pun akhirnya
harus makan, minum, mencuci, menyetrika pakaian dan masak sendiri. ”Kalau soal
urusan pekerjaan rumah sih mungkin ndak ada masalah. Tapi, kalau sudah
menyangkut soal menunaikan ’ibadah khusus’, wah ... masalah itu betul-betul bikin
saya jadi pusing tujuh keliling untuk mengatasinya,” kata sang suami seraya
melempar senyum manisnya.
***
”MULUTMU adalah harimaumu,” demikian nasihat orang ’arif. Ya, mulut kita memang bisa berubah menjadi harimau, kalau dalam
kehidupan sehari-hari, kita tak pandai menjaganya agar tidak berkata buruk. Apalagi
jika kita secara sengaja membiarkannya dan merawatnya untuk selalu berkata yang
buruk. Boleh jadi, mulut kita pun kelak akan berubah menjadi ’malaikat maut’
yang siap sewaktu-waktu untuk mencabut nyawa kita sendiri.
Karena efek dari berkata buruk itu tak bisa
dikunyah dengan baik, maka tak heran jika Kanjeng
Nabi Saw berulang kali mengingatkan kaum muslimin untuk berhati-hati betul dalam
menjaga lidah. Diantaranya, beliau pernah bersabda: ”Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari) Mengapa
lebih baik diam? Sebab, lanjut beliau, ”Barangsiapa
banyak diam, maka dia akan selamat.” (HR. Ahmad)
Selain itu, Kanjeng Nabi Saw juga pernah berpesan
kepada kaum muslimin. Kata beliau: ”Sesungguhnya
Allah tidak menyukai banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu
banyak bertanya.” (HR. Bukhari) Sebab, lanjut beliau, “Barangsiapa banyak bicara, maka banyak pula salahnya. Dan barangsiapa
banyak salah, maka banyak pula dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya, maka
api neraka lebih utama baginya.” (HR. Ath-Thabrani)
Sampai di sini, persoalannya sekarang tergantung
Anda. Mau pilih yang mana? Mau pilih banyak bicara, banyak salah dan banyak
dosanya; atau mau memilih jadi orang yang pendiam, menghindari dari kesalahan
dan menjauhi perbuatan dosa? Jawaban yang tepatnya bagaimana, lagi-lagi kembali
kepada diri Anda sendiri. Sebab, yang akan menjalani lakon tersebut adalah Anda sendiri.
***
GARA-GARA takut salah omong dan takut bakal banyak
dosa, selama tiga hari tiga malam, istri saya tak mau berbuat apa-apa. Mulutnya
terkunci rapat, tapi matanya melotot. Ia hanya duduk mematung di atas tempat
tidur, mirip seperti patung Kumbakarna yang
sedang memanggul senjata Alucara dan Limpung.
Setelah tiga
hari tiga malam istri saya tidak berbuat apa-apa, saya pun kemudian
memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.
”Kamu ngapain mematung terus
seperti itu?”
Istri saya tak mau
menjawab pertanyaan saya. Ia hanya membisu, sembari membuka dan menunjukkan
sebuah buku agama yang berisi tentang pesan untuk menjaga lidah.
”Oooalah … gara-gara ini to kamu lalu bersikap seperti itu? Jeng-jeng, bukan seperti itu caranya menjaga lidah.
Kalau memang kamu takut salah omong dan takut berbuat dosa, ya ngomongnya jangan asal bunyi. Tapi ditata
yang apik. Bukan harus mematung
seperti itu. Bersikap biasa sajalah. Memangnya kita bisa menjaga diri kita
sendiri agar tidak melakukan perbuatan dosa? Kayak malaikat saja,” ujar saya.
Memang betul, lanjut saya, Kanjeng Nabi Saw pernah berkata: ”Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.”
(HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi) Bahkan Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw telah bersabda: "Diam itu bijaksana, namun sedikit
orang yang melakukannya." (HR. Baihaqi) Tapi, bukan berarti, lewat
hadis itu Kanjeng Nabi Saw melarang
umatnya untuk bicara. Silahkan kalau mau bicara apa saja. Yang penting, tidak asal ngomong. Apalagi ngomong
yang dapat menyebabkan orang lain jadi sakit hatinya.
Sebab, yang dilarang
oleh Kanjeng Nabi Saw itu adalah
bicara yang tidak ada manfaatnya. Misalnya, ngerasani
orang, menjelek-jelekkan teman atau tetangga. Termasuk mencela orang lain. Nah, perbuatan yang seperti
itulah yang dilarang oleh agama, tukas saya.
***
LAIN saya,
lain pula yang dialami oleh teman saya. Gara-gara istrinya salah omong ---
lantaran asal ngomong --- mengakibatkan nomor undian yang dipasang oleh sang
suami bisa tembus sebanyak empat angka. Padahal waktu itu ia memasang taruhan
sebanyak seratus ribu rupiah. Sedap juga kedengarannya, bukan?
Betapa tidak? Coba saja Anda bayangkan. Jika
bisa tembus empat angka dengan nilai taruhan seribu rupiah saja akan dibayar oleh bandar sebanyak dua juta
lima ratus ribu rupiah, maka memenangkan taruhan sebanyak seratus ribu rupiah,
tentulah akan membuat pecah kepalanya sang bandar karena ia harus mengeluarkan
bayaran angka yang sangat fantastis.
”Inilah yang disebut dengan rezeki nomplok,” kata teman saya. Bukan main senangnya teman saya itu. Apalagi
istrinya. Sebab, ia tidak mengira, kalau jawaban yang dia berikan ketika
ditanya oleh sang suami beberapa saat sebelum membeli nomor undian yang
bermarkas di Singapura itu, ternyata bisa tembus. ”Kalau bisa begini
terus-terusan, maka bisa nyahok juga
itu bandar,” ujar teman saya yang berniat untuk berhenti membeli nomor undian. Sejak
mendapat hadiah undian Singapura itulah, teman saya langsung menyatakan diri
pensiun dari arena judi. ***
| 10
Oktober 2010 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar