… kalau saja orang yang mendapat hukuman secara langsung itu
mau belajar mengupas hikmah di balik ‘hukuman’ yang diberikan Allah ketika dia
masih berada di dunia, seharusnya dia malah berterima
kasih
kepada Allah. Pasalnya kenapa? Karena itu
berarti, Allah masih menyayangi dan mencintainya.
Manusia, jika hubungannya dengan Allah
sedang ‘bermasalah’, biasanya cenderung menganggap Allah sebagai sosok yang
kejam, tidak mau peduli dan berlaku tidak adil atas dirinya. Anggapan itu
muncul karena, orang yang sedang ‘bermasalah’ itu acapkali memaknai ‘kebijakan’
Allah sebagai satu bentuk hukuman atas kekeliruan yang telah diperbuatnya.
Anggapan itu semakin menjadi-jadi
manakala, misalnya, pada saat yang sama, dia tengah menyaksikan ada orang yang
juga telah melakukan kesalahan serupa, tapi tidak mendapat hukuman langsung
dari Allah. Dia mengira, jika tidak dihukumnya orang yang melakukan kesalahan
serupa dengan dia itu, betul-betul karena faktor orang tersebut tidak dihukum,
sebagaimana yang sedang dia alami.
Padahal, sebetulnya, kalau saja orang yang
mendapat hukuman secara langsung itu mau belajar mengupas hikmah di balik
‘hukuman’ yang diberikan Allah ketika dia masih berada di dunia, seharusnya dia
malah berterima kasih kepada Allah. Pasalnya kenapa?
Karena itu berarti, Allah masih menyayangi
dan mencintainya. Sebab, sangat boleh jadi, hukuman itu disegerakan di dunia,
karena Allah tidak ingin ketika hamba-Nya datang menghadap, menjadi terganjal
pertemuannya saat itu oleh persoalan kesalahan yang telah atau pernah dia
lakukan tatkala masih berada di dunia.
Memang, sepintas kesannya Allah nampak
kejam, tidak adil dan tidak mau peduli dengan kondisi kita saat itu. Tapi,
sesungguhnyalah, di balik hukuman yang kita terima ketika di dunia itu, Allah
‘Azza wa Jalla justeru ingin menyelamatkan kita saat Pengadilan Sejati digelar
di tengah padang perjumpaan dengan Allah di hari akhirat nanti.
Adapun terhadap orang yang ‘ditunda’
hukumannya ketika dia masih berada di dunia, bukan berarti bahwa Allah lebih
sayang padanya. Melainkan, malah sebaliknya. Allah tidak ingin, ketika
hamba-Nya yang acapkali ‘membangkang’ dan tidak mau sujud pada Allah itu,
datang menghadap untuk ‘membanggakan’ perbuatannya di Padang Mahsyar.
Bahkan, dalam sebuah kisah disebutkan,
ahli maksiat yang belum dihukum Allah di dunia, memang sengaja dibuat seperti
itu. Tujuannya, agar semua amal kebaikan yang pernah dia lakukan di dunia, bisa
dibayar langsung oleh Allah ketika dia masih berada di dunia. Sehingga, tatkala
dia menghadap Allah, dia sudah tidak punya lagi timbangan kebajikan yang harus
‘dilunasi’ Allah.
Sedang terhadap orang yang mendapat
hukuman selama dia masih berada di dunia, masih menurut kisah yang sama,
justeru karena Allah ingin menghabiskan masa hukuman amal buruknya itu saat dia
masih berada di dunia. Sehingga, ketika dia menghadap Allah, dia sudah tidak
punya beban dan tanggungan kesalahan lagi. Jadi ketika momentum perjumpaan
dengan Allah di Pengadilan Sejati nanti digelar, dia murni menghadap untuk
mempersembahkan amal kebajikannya selama berada di dunia.
Jika demikian halnya, mengapa kita masih sering
menganggap Allah kejam, tidak sayang, tidak peduli dan tidak mau tahu dengan
permasalahan kita ketika di dunia? Bukankah kita seharusnya berterima kasih
kepada Allah? Semoga kita termasuk sebagai hamba yang bisa bersyukur atas
segala kenikmatan yang telah Allah berikan pada kita. Amien. ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar