Selasa, 13 Maret 2012

| Makan Bangkai |

… sebelum kita berniat untuk membicarakan kejelekan dan aib orang lain, maka sebaiknya kita renungkan dulu, bahwa setiap orang itu pasti memiliki keburukan.
Dan dia akan senang jika keburukannya tidak disebarluaskan kepada orang lain.



     Hampir setiap hari kehidupan kita selalu disibukkan dengan urusan perut. Misalnya, menyiapkan menu makanan sehari-hari dengan memperhatikan berbagai pertimbangan. Mulai dari menu kesukaan, cita rasa yang lezat, pemenuhan gizi keluarga, hingga masalah memilih jenis makanan yang akan disantap.
     Sayangnya, semua itu tak  diimbangi dengan perilaku kita sehari-hari. Padahal, acapkali “bangkai saudara sendiri”, justeru tanpa kita sadari telah menjadi menu rutin setiap hari. Kok bisa? Tentu saja bisa. Sebab, hampir setiap hari kerja kita hanya membuka aib dan mencela orang.
Padahal, dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12 disebutkan, “Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lainnya. Apakah di antara kalian ada yang suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu enggan melakukan hal itu. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat dan Maha Pengasih.”
Peringatan Allah itu sudah jelas sekali. Tetapi, anehnya, kita masih sering lalai. Bahkan, lebih parahnya lagi, kita sudah tahu bahwa perbuatan menggunjing dan mengumpat orang itu tidak boleh, tetapi kita masih tetap saja menjadikannya sebagai konsumsi setiap hari.
Padahal, setiap kali kita bangun tidur, seluruh anggota tubuh berulangkali memperingatkan lidah kita agar berhati-hati dalam bicara. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

“Jika anak cucu Adam bangun di waktu pagi, maka seluruh anggota badannya akan memperingatkan kepada lidahnya dengan berkata: takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami. Sebab, kami tergantung kepadamu. Jika kau memilih yang lurus atau istiqamah, maka kami pun demikian. Namun jika engkau bengkok atau menyimpang, maka kami juga akan sepertimu.” (HR At-Tirmidzy)

Oleh karena itu, ada baiknya jika setiap bangun tidur, kita memohon kepada Allah agar diberi kemampuan untuk menjaga lidah kita dari perkataan yang tak berguna dan hal-hal yang akan menyeret kita pada keburukan.
Di samping itu, sebelum kita berniat untuk membicarakan kejelekan dan aib orang lain, maka sebaiknya kita renungkan dulu, bahwa setiap orang itu pasti memiliki keburukan. Dan dia akan senang jika keburukannya tidak disebarluaskan kepada orang lain.
Sahabat Rasulullah SAW, yakni Ali bin Abi Thalib ra. berkata, sebelum bermaksud membicarakan keburukan dan aib orang lain, maka ingatlah, bahwasanya kita sendiri sebetulnya pernah melakukan keburukan yang sama.
Jika kita merasa tidak pernah melakukan hal yang sama, kata imam Ali ra, maka pikirkanlah, barangkali kita sudah pernah melakukan perbuatan buruk, yang dosanya justeru jauh lebih besar lagi. Dan sekiranya kita juga merasa belum pernah melakukannya, maka sadarilah, bahwa keberanian kita untuk membicarakan keburukan dan aib orang lain itu, sudah merupakan tindakan dosa yang sangat besar.
Karena itu, imam Ali menyarankan, “Hentikanlah kebiasaan mencela ataupun membahas keburukan dan aib orang lain, agar engkau bisa menyadari keburukan dan aibmu sendiri. Karena siapa tahu, orang yang kita bicarakan itu sudah mendapat ampunan Allah. Sedangkan diri kita sendiri justeru akan mendapat adzab Allah karena dosa yang kita perbuat. Sibukkan diri dengan banyak bersyukur, karena Allah telah menghindarkan kita dari keburukan dan dosa sebagaimana yang diperbuat orang lain.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar