…
sebelum kita berniat untuk membicarakan kejelekan dan aib orang lain, maka
sebaiknya kita renungkan dulu, bahwa setiap orang itu pasti memiliki keburukan.
Dan dia akan senang jika keburukannya tidak
disebarluaskan kepada orang lain.
Hampir setiap hari kehidupan kita
selalu disibukkan dengan urusan perut. Misalnya, menyiapkan menu makanan
sehari-hari dengan memperhatikan berbagai pertimbangan. Mulai dari menu
kesukaan, cita rasa yang lezat, pemenuhan gizi keluarga, hingga masalah memilih
jenis makanan yang akan disantap.
Sayangnya, semua itu tak diimbangi dengan perilaku kita sehari-hari.
Padahal, acapkali “bangkai saudara sendiri”, justeru tanpa kita sadari telah
menjadi menu rutin setiap hari. Kok bisa? Tentu saja bisa. Sebab, hampir setiap
hari kerja kita hanya membuka aib dan mencela orang.
Padahal, dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12
disebutkan, “Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lainnya.
Apakah di antara kalian ada yang suka memakan bangkai saudaranya yang sudah
mati? Tentulah kamu enggan melakukan hal itu. Karena itu, bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat dan Maha Pengasih.”
Peringatan Allah itu sudah jelas sekali. Tetapi, anehnya,
kita masih sering lalai. Bahkan, lebih parahnya lagi, kita sudah tahu bahwa
perbuatan menggunjing dan mengumpat orang itu tidak boleh, tetapi kita masih
tetap saja menjadikannya sebagai konsumsi setiap hari.
Padahal, setiap kali kita bangun tidur, seluruh anggota
tubuh berulangkali memperingatkan lidah kita agar berhati-hati dalam bicara.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, disebutkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jika anak cucu Adam bangun di waktu pagi, maka seluruh
anggota badannya akan memperingatkan kepada lidahnya dengan berkata: takutlah
kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami. Sebab, kami tergantung
kepadamu. Jika kau memilih yang lurus atau istiqamah, maka kami pun demikian.
Namun jika engkau bengkok atau menyimpang, maka kami juga akan sepertimu.” (HR At-Tirmidzy)
Oleh karena itu, ada baiknya jika setiap bangun tidur,
kita memohon kepada Allah agar diberi kemampuan untuk menjaga lidah kita dari
perkataan yang tak berguna dan hal-hal yang akan menyeret kita pada keburukan.
Di samping itu, sebelum kita berniat untuk membicarakan
kejelekan dan aib orang lain, maka sebaiknya kita renungkan dulu, bahwa setiap
orang itu pasti memiliki keburukan. Dan dia akan senang jika keburukannya tidak
disebarluaskan kepada orang lain.
Sahabat Rasulullah SAW, yakni Ali bin Abi Thalib ra.
berkata, sebelum bermaksud membicarakan keburukan dan aib orang lain, maka
ingatlah, bahwasanya kita sendiri sebetulnya pernah melakukan keburukan yang
sama.
Jika kita merasa tidak pernah melakukan hal yang sama,
kata imam Ali ra, maka pikirkanlah, barangkali kita sudah pernah melakukan
perbuatan buruk, yang dosanya justeru jauh lebih besar lagi. Dan sekiranya kita
juga merasa belum pernah melakukannya, maka sadarilah, bahwa keberanian kita
untuk membicarakan keburukan dan aib orang lain itu, sudah merupakan tindakan
dosa yang sangat besar.
Karena itu, imam Ali menyarankan, “Hentikanlah kebiasaan
mencela ataupun membahas keburukan dan aib orang lain, agar engkau bisa
menyadari keburukan dan aibmu sendiri. Karena siapa tahu, orang yang kita
bicarakan itu sudah mendapat ampunan Allah. Sedangkan diri kita sendiri justeru
akan mendapat adzab Allah karena dosa yang kita perbuat. Sibukkan diri dengan
banyak bersyukur, karena Allah telah menghindarkan kita dari keburukan dan dosa
sebagaimana yang diperbuat orang lain.” ■

Tidak ada komentar:
Posting Komentar