Memang unik manusia itu. Dumeh
rampung belajar ilmu kanuragan sehingga bisa berjalan di atas air,
dia
baru mau bersyukur. Sedang ‘hadiah’ Allah berupa kenikmatan bisa berjalan di atas
tanah, tidak mau disyukuri.
Padahal, sangat boleh jadi, kehebatannya bisa berjalan di atas air itu, justeru
kelak dapat mendatangkan
penyakit hati sombong. Sedang mereka tahu bahwa Allah
paling tidak suka dengan
orang
yang di dalam hatinya ada penyakit sombong.
Manusia,
pada umumnya, lebih sering ngedumel (keluh-kesah) daripada bersyukur
kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Aneh memang manusia itu. Sudah jelas-jelas sering
ditolong Allah, selalu saja merasa tak pernah mendapat pertolongan Allah.
Setiap hari diberi rezeki dan berbagai kenikmatan lainnya oleh Allah, selalu
saja merasa tak pernah diberi atau merasa tidak cukup.
Diberi kenikmatan sehat, tak mau bersyukur. Diberi
penyakit, yang muncul malah sikap ngedumel dan nggresulo. Jarang pernah terjadi,
ketika diberi Allah kenikmatan berupa penyakit, manusia mau bersyukur. Yang
lebih sering terjadi justeru malah sebaliknya. Seakan-akan, selama dia hidup di
dunia ini, Allah tidak pernah memberi kebajikan atas dirinya.
Jatah kenikmatan bisa hidup sehat
selama puluhan tahun, hilang seketika, manakala Allah mengubah nikmat sehat itu
menjadi sebuah penyakit. Diberi ‘hadiah’ sakit tidak bisa berjalan hanya
beberapa hari saja, langsung membuat dia menjadi kehilangan rasa terima
kasihnya kepada Allah yang telah memberi kesehatan bisa berjalan sebelum dia
sakit.
Padahal, sangat boleh jadi,
kenikmatan Allah dalam bentuk tidak bisa jalan itu, sebenarnya justeru untuk
menolong dirinya agar ingat pada sekian banyak kenikmatan yang pernah
diterimanya dari Allah. Bukan malah sebaliknya, memaknai ‘hadiah’ itu sebagai
hukuman dari Allah atas dirinya.
Memang unik manusia itu. Dumeh
rampung belajar ilmu kanuragan sehingga bisa berjalan di atas air, dia
baru mau bersyukur. Sedang ‘hadiah’ Allah berupa kenikmatan bisa berjalan di
atas tanah, tidak mau disyukuri. Padahal, sangat boleh jadi, kehebatannya bisa
berjalan di atas air itu, justeru kelak dapat mendatangkan penyakit hati
sombong. Sedang mereka tahu bahwa Allah paling tidak suka dengan orang yang di
dalam hatinya ada penyakit sombong.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Banyak
faktor penyebabnya. Diantaranya, yang paling pokok adalah, karena kurangnya
rasa syukur kepada Allah. Akibat kurang syukur itu, kenikmatan yang sebenarnya
lebih dari cukup, dianggap tidak ada sama sekali. Sehingga, seandainya kenikmatan
tersebut kalau didzahirkan besarnya laksana gunung merapi, di matanya
hanya bernilai kecil. Karena kurang syukur itulah, akhirnya ada hijab
yang menutup penglihatan mata dzahir dan mata batinnya. Yang besar
dianggap kecil. Yang kecil dianggap tidak ada sama sekali. Na’udzubillahi
mindzaaliik!
Bagaimana jalan keluarnya? Kata
Allah, bangun syukur! Atinya, seberapapun pemberian Allah pada kita, harus
disyukuri. Dengan begitu, kata Allah, kelak Dia akan menambah dan melipatkan
kesyukuran kita itu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah atau
pernah kita terima sebelumnya.
Selain mendapat tambahan kenikmatan
dari Allah, dengan bangun kesyukuran itu, kita juga nanti akan mendapat
‘hadiah’ dari Allah dalam bentuk memperoleh ketenangan dan kesabaran. Dua hal
yang disebut belakangan ini, sebetulnya merupakan kunci keselamatan iman-islam
kita dalam menghadapi setiap masalah yang muncul.
Sehingga,
apapun jenis masalah yang bakal kita hadapi, jika kita sering bangun kesyukuran
kepada Allah, maka kelak Allah jugalah yang akan memback-up kita dalam
menghadapi masalah itu. Tidak maukah Anda diback-up oleh
Allah? ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar