Rabu, 14 Maret 2012

| Suka Ngedumel |

Memang unik manusia itu. Dumeh rampung belajar ilmu kanuragan sehingga bisa berjalan di atas air, 
dia baru mau bersyukur. Sedang ‘hadiah’ Allah berupa kenikmatan bisa berjalan di atas tanah, tidak mau disyukuri.
Padahal, sangat boleh jadi, kehebatannya bisa berjalan di atas air itu, justeru kelak dapat mendatangkan 
penyakit hati sombong. Sedang mereka tahu bahwa Allah paling tidak suka dengan 
orang yang di dalam hatinya ada penyakit sombong.


   Manusia, pada umumnya, lebih sering ngedumel (keluh-kesah) daripada bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Aneh memang manusia itu. Sudah jelas-jelas sering ditolong Allah, selalu saja merasa tak pernah mendapat pertolongan Allah. Setiap hari diberi rezeki dan berbagai kenikmatan lainnya oleh Allah, selalu saja merasa tak pernah diberi atau merasa tidak cukup.
    Diberi kenikmatan sehat, tak mau bersyukur. Diberi penyakit, yang muncul malah sikap ngedumel  dan nggresulo. Jarang pernah terjadi, ketika diberi Allah kenikmatan berupa penyakit, manusia mau bersyukur. Yang lebih sering terjadi justeru malah sebaliknya. Seakan-akan, selama dia hidup di dunia ini, Allah tidak pernah memberi kebajikan atas dirinya.
    Jatah kenikmatan bisa hidup sehat selama puluhan tahun, hilang seketika, manakala Allah mengubah nikmat sehat itu menjadi sebuah penyakit. Diberi ‘hadiah’ sakit tidak bisa berjalan hanya beberapa hari saja, langsung membuat dia menjadi kehilangan rasa terima kasihnya kepada Allah yang telah memberi kesehatan bisa berjalan sebelum dia sakit.
    Padahal, sangat boleh jadi, kenikmatan Allah dalam bentuk tidak bisa jalan itu, sebenarnya justeru untuk menolong dirinya agar ingat pada sekian banyak kenikmatan yang pernah diterimanya dari Allah. Bukan malah sebaliknya, memaknai ‘hadiah’ itu sebagai hukuman dari Allah atas dirinya.
     Memang unik manusia itu. Dumeh rampung belajar ilmu kanuragan sehingga bisa berjalan di atas air, dia baru mau bersyukur. Sedang ‘hadiah’ Allah berupa kenikmatan bisa berjalan di atas tanah, tidak mau disyukuri. Padahal, sangat boleh jadi, kehebatannya bisa berjalan di atas air itu, justeru kelak dapat mendatangkan penyakit hati sombong. Sedang mereka tahu bahwa Allah paling tidak suka dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit sombong.
        Mengapa hal itu bisa terjadi? Banyak faktor penyebabnya. Diantaranya, yang paling pokok adalah, karena kurangnya rasa syukur kepada Allah. Akibat kurang syukur itu, kenikmatan yang sebenarnya lebih dari cukup, dianggap tidak ada sama sekali. Sehingga, seandainya kenikmatan tersebut kalau didzahirkan besarnya laksana gunung merapi, di matanya hanya bernilai kecil. Karena kurang syukur itulah, akhirnya ada hijab yang menutup penglihatan mata dzahir dan mata batinnya. Yang besar dianggap kecil. Yang kecil dianggap tidak ada sama sekali. Na’udzubillahi mindzaaliik!
     Bagaimana jalan keluarnya? Kata Allah, bangun syukur! Atinya, seberapapun pemberian Allah pada kita, harus disyukuri. Dengan begitu, kata Allah, kelak Dia akan menambah dan melipatkan kesyukuran kita itu dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah atau pernah kita terima sebelumnya.
       Selain mendapat tambahan kenikmatan dari Allah, dengan bangun kesyukuran itu, kita juga nanti akan mendapat ‘hadiah’ dari Allah dalam bentuk memperoleh ketenangan dan kesabaran. Dua hal yang disebut belakangan ini, sebetulnya merupakan kunci keselamatan iman-islam kita dalam menghadapi setiap masalah yang muncul.
Sehingga, apapun jenis masalah yang bakal kita hadapi, jika kita sering bangun kesyukuran kepada Allah, maka kelak Allah jugalah yang akan memback-up kita dalam menghadapi masalah itu. Tidak maukah Anda diback-up oleh Allah? ■

Tidak ada komentar:

Posting Komentar