Kalaulah bukan karena sebab adanya kemurahan Allah,
niscaya mungkin kita akan lebih banyak berkubang
dalam lumpur dosa ketimbang berkubang dalam lautan amal
kebajikan. Karena itu, Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk sadar
diri. Bukan karena kehebatan diri kita, lalu kita bisa terbebas dari dosa.
Yang membebaskan kita dari dosa itu, mutlak karena adanya
kemurahan Allah atas diri kita.
Tak ada
satu pun manusia yang hidup di dunia ini yang tidak punya dosa. Baik dosa besar
ataupun dosa kecil. Tidak peduli apakah dia adalah seorang presiden, raja,
sultan, khalifah, tukang becak, kusir andong, menteri, hakim, jaksa, polisi,
ulama, pendeta, rohaniawan, bhiksu atau seorang wartawan sekalipun --- mereka
semua pasti punya dosa.
Hanya seorang nabi,
rasul dan kekasih Allah sajalah yang ‘dijamin’ dan ‘dijaga’ Allah agar tidak
bergesekan dengan yang namanya dosa. Diluar dari predikat tersebut, dijamin
pasti punya dosa.
Apalagi
bagi kita yang hidup di penghujung akhir zaman ini. Di mana, untuk dapat
betul-betul steril atau terbebas dari kontaminasi perbuatan dosa, nyaris
menjadi sebuah kemustahilan. Jangankan untuk bisa bebas dari perbuatan dosa,
untuk memisahkan mana tindakan kita yang halal dan haram dalam pandangan agama
saja, kita acapkali kesulitan. Mana yang halal dan haram, nyaris sudah
tak ada batasnya lagi.
Kalaulah bukan karena sebab adanya kemurahan Allah, niscaya
mungkin kita akan lebih banyak berkubang dalam lumpur dosa ketimbang berkubang
dalam lautan amal kebajikan. Karena itu, Allah
mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk sadar diri. Bukan karena kehebatan
diri kita, lalu kita bisa terbebas dari dosa. Yang membebaskan kita dari dosa
itu, mutlak karena adanya kemurahan Allah atas diri kita.
Jika demikian halnya,
maka adalah bohong besar kalau sampai ada orang yang mengaku-aku tak punya dosa
selama hidupnya. Sebab, mengaku-aku tidak punya dosa saja, dalam perspektif
agama, sebetulnya sudah merupakan dosa tersendiri. Dalam surat Al-A’raaf ayat
82, Allah mengingatkan orang-orang yang mengaku tidak punya dosa itu sebagai: “
… orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.” Karena itu, Allah
kemudian mengultimatum perbuatan manusia yang ‘sok suci’ itu lewat surat An-Najm
ayat 32: “ …, maka janganlah kamu
mengatakan dirimu suci!”
Lalu, bagaimana
caranya agar kita bisa terbebas dari dosa? Pertama, mari kita
belajar untuk tidak melakukan sebuah tindakan yang justeru akan menjadi dosa di
hadapan Allah. Kedua, mari belajar jujur dengan diri sendiri
dan belajar jujur kepada Allah. Kalau memang telah melakukan perbuatan dosa,
cepat-cepatlah bertobat. Sebab, Allah tidak mau tahu, apa alasan kita berbuat
dosa. Salah tetap salah. Sekali dosa, ya tetap dosa.
Ketiga, mari
belajar untuk tidak menjadi orang yang ‘sok suci’. Sebab, Allah tidak suka pada
makhluk yang mengaku-aku tak pernah punya dosa seumur hidupnya. Sebaliknya,
Allah justeru sangat senang kepada hamba-Nya, yang ketika tersandung dengan
perbuatan dosa, ia segera meminta ampunan-Nya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas ra, bahwasanya
ia mendengar Rasulullah SAW berkata: Allah telah berfirman:
Hai putra Adam, sesungguhnya, selama kamu
berdoa dan mengharap kepada-Ku, pasti Aku ampunkan bagimu apa yang telah lalu
daripadamu, dan tak Aku hiraukan berapa banyak. Hai Putra Adam, andaikan
dosamu telah sampai ke langit, kemudian kamu minta ampun kepadaKu, Aku ampunkan
bagimu. Hai putra Adam, andaikan kamu datang dengan membawa dosa kepadaKu
sepenuh bumi ini, tetapi kamu menghadap kepadaKu dalam hal tidak menyekutukan
Aku dengan sesuatu yang lain, niscaya Aku akan memberi engkau ampunan sepenuh
bumi itu pula. (HR Attirmidzy).
Sekarang,
pertanyaannya, jika Allah telah membuka pintu ampunanNya seluas bumi dan
langit, maka mengapa kita masih menunda-nunda waktu untuk segera bertobat? Ayo,
mari kita segera bertobat pada-Nya! Mudah-mudahan belum terlambat. ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar