Setiap orang yang
hidup di dunia ini, pastilah punya keinginan bisa hidup enak. Dan ketika mati,
kalau bisa, langsung masuk surga tanpa hisab.
Hampir bisa dipastikan, bahwa tak ada orang yang rela dan mau masuk neraka.
Oleh karena itu, ketika Rabi’ah Al-’Adawiyah mengungkapkan rasa cintanya kepada
Allah dengan menyatakan bahwa ia rela masuk neraka --- sekiranya Allah
meletakkan ridhaNya di dalam neraka --- maka orang-orang yang membaca kisahnya
pun jadi terkagum-kagum. Sebab, jika kita membaca gambaran tentang neraka dari
dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi, maka tak ada satu pun makhluk yang mau
masuk ke dalamnya.
Sebaliknya, gambaran surga yang sarat dengan
kenikmatan dan kesenangan, membuat semua manusia ingin masuk ke dalamnya.
Bahkan, anak-anak pun, jika ditanya ingin masuk surga atau neraka, maka mereka
dengan serempak akan menjawab ingin masuk surga! Di kalangan orang dewasa
sendiri pun tidak jauh berbeda. Bahkan, ada orang yang sangat marah dan
menganiaya temannya hingga terbunuh, gara-gara dikatakan akan masuk neraka.
Sebetulnya, apa yang
kita harapkan di dalam menempuh kehidupan ini bukanlah sebatas mendapat surga
atau terhindar dari neraka. Orang yang beribadah dengan niat untuk mendapatkan
surga, sama halnya dengan anak-anak kecil yang baru mau disuruh jika mereka
diberi hadiah. Bahkan, tak jarang, mereka menanyakan terlebih dahulu bentuk
hadiahnya, sebelum menjalankan apa yang diperintahkan kepadanya.
Ketika dikatakan
kepada mereka bahwa hadiahnya adalah sebuah kecupan sayang, biasanya akan terdengar
nada keluhan dari mulut mereka. Namun, jika hadiahnya itu adalah makanan lezat
atau mainan kesukaan mereka, maka mereka pasti akan semakin bersemangat untuk
segera menyelesaikan tugasnya.
Bahkan, terkadang,
karena saking senangnya dan ingin segera memperoleh hadiah yang mereka idamkan,
biasanya mereka melakukan tugasnya dengan cepat, tanpa peduli bagaimana
kualitas dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan. Kira-kira, seperti itulah
gambaran orang yang beribadah untuk memperoleh surga. Yang ada di dalam benak
mereka adalah perhitungan tentang peruntungan dari amalan yang akan mereka
lakukan.
Tidak
Sebanding
Padahal, jika
dihitung-hitung, sebesar apapun pahala yang diterima dari sebuah amalan, maka
tetaplah tidak sebanding dengan nikmat yang telah diterima di dunia ini.
Alhasil, kalau mau berhitung pahala untuk memperoleh surga, maka sebetulnya
kita ini tidak ada yang bisa masuk surga. Sebab, nikmat yang telah kita terima
di dunia ini, jauh lebih besar daripada pahala yang kita miliki dari amalan kita.
Belum lagi jika
ditambah dengan persoalan apakah amal yang kita kerjakan itu bakal diterima
oleh Allah ataukah tidak? Bukankah ada pahala-pahala yang dibawa oleh para
malaikat, namun kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk membuang pahala itu
karena niat sang hamba ketika beramal ternyata menyimpang? Nah, pada konteks
inilah, rasa-rasanya, kita merasa malu kepada Allah jika beribadah dengan
tujuan untuk mengharapkan surga dan agar
terhindar dari neraka.
Sebab, surga dan
neraka itu merupakan ciptaan Allah. Alangkah naifnya manusia, jika beribadah
untuk mengejar ciptaan dan menghindari sesuatu karena takut pada ciptaan pula.
Padahal, hanya Allah-lah tempat kita meletakkan pengharapan dan yang patut kita
takuti (taqwa).
Lalu apa yang
sepantasnya kita harapkan di dalam beribadah, dan bagaimana memotivasi diri
kita untuk beribadah?
Pertama, beribadahlah tanpa melihat besar
atau kecilnya pahala yang dijanjikan Allah. Setiap ada kesempatan untuk
beribadah, maka yakinlah bahwa kesempatan itu diberikan oleh Allah kepada kita
karena kasih sayangNya.
Kedua, di dalam
melakukan kebajikan, jangan pernah memikirkan apakah dengan melakukan perbuatan
itu Allah menjanjikan surga ataukah tidak. Yang penting, yakinilah, bahwa
setiap amal kebajikan yang dilakukan dengan ikhlas, insya Allah akan disukai
oleh Allah.
Ketiga, di dalam melakukan
aktivitas kehidupan kita sehari-hari, niatkanlah untuk memperoleh cinta Allah.
Dengan niat ini, maka sebagai konsekuensinya, kita akan selalu merasa senang di
dalam beraktivitas. Lebih daripada itu, kita akan takut melakukan aktivitas
yang bisa membuat Allah jadi tidak senang. Sebab, yang kita inginkan adalah
meraih cinta dan ridhaNya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar