Memang
‘aneh’ betul manusia itu. Kepada Zat yang telah menciptakannya, ia tidak takut.
Tapi kepada sesama makhluk, ia justeru takut. Lihat saja, misalnya, bagaimana
ulah para pelaku korupsi dalam
menutup-nutupi perbuatannya agar tidak diketahui
publik. Gila, memang! Kepada publik dia takut, tapi kepada Allah dia tidak
takut kalau perbuatannya itu akan dicatat dan dimintai pertanggungjawabannya
kelak di Padang Mahsyar.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali
‘keanehan’ sering terjadi di sekitar kita. Misalnya, banyak orang yang terjebak
oleh rasa takut yang tidak pada tempatnya. Seperti, takut kepada pimpinan,
takut kalau perbuatan buruknya diketahui masyarakat, atau takut kepada
benda-benda keramat yang diyakini memiliki khadam. Padahal, mereka itu adalah
makhluk ciptaan Allah. Tapi, anehnya, kepada Allah ‘Azza wa Jalla sendiri,
mereka tidak pernah merasa takut barang sedikitpun. Bahkan tak jarang, mereka
justeru acapkali ‘meremehkan-Nya’.
Contohnya
adalah, tatkala mereka akan atau telah melakukan sebuah perbuatan dosa ---
seperti berbohong, mencuri, korupsi, membunuh, berzina atau ketika meninggalkan
kewajiban sebagai seorang hamba --- tak ada sedikitpun rasa takut. Buktinya,
perbuatan dosa tersebut, meskipun mereka tahu itu tidak boleh dilakukan, tapi
kenyataannya, mereka tetap melanggarnya juga.
Uniknya, ketika perbuatan dosa itu telah
mereka lakukan, tak ada sedikit pun terbersit dalam hati mereka rasa
penyesalan, sebagai cermin dari rasa takut kepada Al-Khaliq. Malah sebaliknya,
tak jarang, setelah berbuat maksiat kepada Allah, dengan ‘bangganya’ mereka
bercerita kepada orang-orang tentang bagaimana bentuk perbuatan yang telah
mereka lakukan itu. Seakan-akan, di hari akhirat nanti, apa yang telah mereka
perbuat itu tak bakal mendapat hukuman dari Allah.
Memang
‘aneh’ betul manusia itu. Kepada Zat yang telah menciptakannya, ia tidak takut.
Tapi kepada sesama makhluk, ia justeru takut. Lihat saja, misalnya, bagaimana
ulah para pelaku korupsi dalam menutup-nutupi perbuatannya agar tidak diketahui
publik. Gila, memang! Kepada publik dia takut, tapi kepada Allah dia tidak
takut kalau perbuatannya itu akan dicatat dan dimintai pertanggungjawabannya
kelak di Padang Mahsyar.
Atau, perhatikan juga bagaimana sikap para pekerja yang
rasa takutnya kepada pimpinannya melebihi rasa takutnya kepada Allah. Dia takut
akan dimarahi pimpinannya, jika perbuatan buruknya sampai diketahui. Tapi,
sekali lagi, kepada Allah yang selalu melihat, memperhatikan dan mencatat semua
gerak-geriknya --- termasuk apa yang ada di dalam hatinya, baik yang dia
nyatakan atau dia sembunyikan --- dia tidak takut.
Padahal sudah jelas, dalam Al-Qur’an Allah telah
memperingatkan mereka dalam surat At-taubah ayat 13: “Mengapa kamu takut
kepada mereka, padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti!”
Karena itu, mulai sekarang, mari kita
berbenah diri dengan cara belajar meletakkan rasa takut kita sesuai dengan
tempatnya. Jangan karena sebab takut kepada makhluk, lalu mengakibatkan kita
jadi terjerembab ke dalam lembah neraka. Allah-lah satu-satunya Zat yang patut
kita takuti dan taati! ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar