| Kepedulian, Tandanya Iman |

       Pada masa sekarang ini, kita kerapkali menyaksikan acara-acara yang disuguhkan oleh beberapa stasiun televisi mengundang rasa empati dari sebagian besar masyarakat. Ketika ada bencana alam, misalnya, stasiun televisi menggelar acara lelang barang milik pribadi dan menghimpunan dana yang kesemuanya itu digunakan untuk membantu para korban bencana alam di suatu daerah. Ada pula tayangan acara yang menyuguhkan kondisi orang yang sedang sakit, kemudian diberi bantuan dan dilakukan penghimpunan dana.

Di samping itu, ada tayangan lainnya lagi yang memperlihatkan kondisi rumah atau tempat tinggal kumuh yang dimiliki oleh seseorang, kemudian diberikan bantuan dengan berbagai macam cara. Baik itu bantuan dalam bentuk dibuatkan sebuah bangunan rumah yang baru, ataupun diberi hadiah rumah bagi yang belum memiliki rumah.

          Acara semacam itu, kerap kali kita saksikan lewat suguhan tayangan televisi dengan berbagai macam bentuk dan nama acaranya. Melihat tayangan tersebut, sebagian masyarakat ada yang ikut merasa senang karena orang lain mendapat kebahagiaan. Sebagian yang lainnya lagi, ada bersikap sinis, karena  mereka menganggap tayangan itu sama halnya dengan mempertontonkan kemiskinan yang ada di negara ini – yang notabene dianggap sebagai aib.

Sedangkan sebagian yang lainnya lagi menganggap hal itu sebagai pamer aksi – yang dalam istilah bahasa Arabnya disebut dengan riya’. Pertanyaannya sekarang, yang mana yang benar?

Dua Kondisi

       Terlepas dengan semua pendapat tersebut, yang jelas, semua tayangan televisi yang ada itu, paling tidak menggambarkan tentang dua hal. Yakni, tentang kondisi orang yang membutuhkan bantuan dan perhatian, serta adanya pemberian bantuan yang membuat si penerima bantuan menjadi senang. Dua hal itu, jika kita simak lebih seksama, pada dasarnya mengarah pada satu kata, yakni kepedulian terhadap sesama.

Sebetulnya, persoalan kepedulian itu bukanlah hal yang baru. Jauh sebelumnya, Rasulullah SAW telah memberikan banyak anjuran untuk bersikap peduli. Misalnya, dari sabda beliau yang mengatakan, ”Tidak beriman orang yang tidak aman tetangganya karena perbuatannya” (HR. Bukhari-Muslim); ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya” (HR. Bukhari-Muslim); ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah menghormati tamunya” (HR. Bukhari-Muslim).

Sabda lainnya: ”Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang paling baik perbuatannya terhadap temannya” (HR. Attirmidzy); ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menjaga hubungan persaudaraan” (HR. Bukhari-Muslim); ”Akhlak terbaik di dalam Islam adalah memberi makan kepada orang yang kekurangan dan memberi salam kepada orang yang kau kenal maupun belum kau kenal” (HR. Bukhari-Muslim). Dan masih banyak lagi hadis Rasulullah SAW yang bertujuan untuk mengusik hati kita agar mau peduli kepada sesama.

Di dalam hadis-hadis tersebut, tampak sangat jelas, bahwa sikap kepedulian terhadap sesama itu selalu dikaitkan dengan persoalan keimanan. Dengan kata lain, orang yang tidak mau peduli kepada sesamanya, maka belum terbukti keimanannya. Sebaliknya, orang yang mau peduli kepada sesamanya, maka keimanannya sudah terbukti.

Oleh karena itu, apabila kita melihat seseorang berbuat kebajikan terhadap orang lain --- sebagai bentuk dari sikap kepeduliannya ---, maka sebaiknya janganlah kita menilainya dengan prasangka buruk. Misalnya dengan mengatakan bahwa sikap kepedulian yang ditunjukkan itu adalah suatu bentuk riya’ atau pamer, tidak ikhlas, ingin terkenal dan lain sebagainya.

Akan tetapi, cobalah lihat perbuatan itu sebagai tanda bahwa di dalam diri orang itu ada imannya. Perkara seberapa besar keimanannya dan seberapa tinggi keikhlasannya, semua itu menjadi urusannya Allah. Karena hanya Allah sajalah yang berhak menilai apa yang ada di dalam hati hambaNya. Yang penting, kita melihat di dalam sikap kepedulian itu ada terdapat tanda-tanda keimanan seseorang. Dengan demikian, kita memiliki rasa penghormatan terhadap kebajikan yang dilakukan oleh orang lain. ***